Story (Cerita)
Exit the Gungeon adalah sekuel langsung dari Enter the Gungeon. Jika di game pertama para Gungeoneer berusaha masuk ke dungeon untuk menemukan senjata legendaris yang bisa membunuh masa lalu, kali ini premisnya justru kebalikan: setelah dungeon hancur, para karakter harus keluar dari reruntuhan sebelum segalanya ambruk. Ceritanya tetap sederhana dan penuh humor absurd khas seri ini, tetapi jelas bukan fokus utama. Latar tersebut lebih berfungsi sebagai pemicu petualangan penuh aksi ketimbang sebuah kisah yang dalam.
Genre
Game ini memadukan beberapa genre sekaligus. Ia masih membawa elemen bullet hell yang memenuhi layar dengan peluru musuh, mengusung konsep roguelike dengan level acak yang selalu berubah tiap kali kita mati, sekaligus bertransformasi menjadi platformer bergaya side-scrolling, bukan lagi top-down shooter seperti pendahulunya. Perpaduan ini menghasilkan pengalaman yang unik dan segar, meski terasa cukup berbeda dari seri sebelumnya.
Gameplay
Dari sisi gameplay, inti Exit the Gungeon terletak pada aksi cepat di dalam lift atau arena yang terus berubah, di mana kita menembaki musuh sembari berusaha menghindari proyektil yang tiada henti. Salah satu fitur utamanya adalah sistem “Gun Switching,” yaitu pergantian senjata otomatis setiap beberapa detik.
Mekanik ini memaksa kita untuk terus beradaptasi, karena sewaktu-waktu bisa mendapatkan pistol sederhana lalu berganti ke senjata super kuat. Pergerakan karakter tetap mempertahankan dodge roll khas seri Gungeon, tetapi kini ditambah kemampuan melompat untuk menghindari peluru di ruang dua dimensi. Setiap lantai biasanya diakhiri dengan pertarungan bos besar yang unik, penuh pola tembakan rumit, dan selalu menegangkan.
Desain Level
Level dalam game ini berbasis elevator yang bergerak ke atas dengan variasi arena acak di sepanjang perjalanan. Karena susunan musuh, senjata, dan pola ruangan selalu berubah, setiap run terasa berbeda dari sebelumnya. Meski begitu, beberapa player merasa desain level di Exit the Gungeon tidak sevariatif Enter the Gungeon, karena eksplorasi dungeon luas digantikan dengan konsep naik-turun lift yang lebih terbatas.
Grafis dan Audio
Secara visual, game ini tetap menampilkan pixel art berwarna cerah dengan animasi yang halus dan gaya retro-modern yang khas. Efek peluru, ledakan, serta desain karakter ditampilkan dengan detail yang memikat untuk ukuran game indie. Dari sisi audio, musik pengiring penuh energi yang sesuai dengan tempo cepat permainan, sementara efek suara dari berbagai jenis senjata terdengar memuaskan, terutama saat kita berganti ke senjata aneh atau lucu.
Tingkat Kesulitan
Tingkat kesulitan dalam Exit the Gungeon sangat menantang, apalagi bagi pendatang baru. Pola tembakan musuh sangat rapat dan cepat, sementara sistem senjata acak membuat situasi sulit diprediksi. Jika dibandingkan dengan Enter the Gungeon, game ini lebih condong ke arah arcade dengan run yang singkat, tetapi tetap menguji refleks dan kesabaran. Bagi penggemar bullet hell hardcore, tantangan inilah yang justru menjadi daya tarik utamanya.
Kesimpulan
Sebagai spin-off sekaligus sekuel, Exit the Gungeon berhasil membawa formula lama ke arah baru. Perspektif platformer 2D, mekanik pergantian senjata otomatis, dan tempo super cepat membuatnya berbeda namun tetap terasa sebagai bagian dari seri Gungeon. Permainan ini menawarkan aksi padat dan intens, variasi senjata yang unik, serta humor khas yang tetap terjaga, meski ada kelemahan berupa level yang repetitif dan elemen roguelike yang lebih dangkal. Singkatnya, Exit the Gungeon adalah sajian menyenangkan untuk penggemar Enter the Gungeon maupun pecinta bullet hell, walau bukan penerus yang lebih besar dan dalam.

Tidak ada komentar: